Oleh : Dendi Sutarto – Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) DPC Partai Demokrat Kota Batam, Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Riau Kepulauan, Mahasiswa Program S3 Doktor Sosiologi, Kajian Sosiologi Politik Pascasarjana FISIP Universitas Andalas Padang
batamtv.com – Keberagaman masyarakat Indonesia yang kompleks dan multukultural tergambar jelas di masyarakat Kota Batam, salah satu pulau yang ada di Kepulauan Riau. Kawasan Batam yang bercirikan masyarakatnya urban dan hinterland yang sangat heterogen, yang seringkali disebut miniatur Indonesia karena merepresentasikan keberagaman yang kompleks yang mewakili keberagaman masyarakat Indonesia, seperti keberagaman budaya, suku, ras, agama, adat istiadat, latarbelakang sosio-historis dan nilai kearifan lokal yang berbeda dan keberagaman ini tumbuh dari tingginya angka pendatang yang berasal dari seluruh Indonesia, dan ini tentu menjadi modal besar dan sekaligus kekuatan yang harus kita jaga dan rawat, kemudian kita rajut menjadi moment of harmony atau monumen keindahan keberagaman sehingga tidak terjadi konflik, baik konflik horizontal; anta kelompok etnis, suku atau agama, begitu juga konflik vertikal; antara kelompok masyarakat dan aparat, pemerintah dan sebagainya, dan hal ini tidak boleh terjadi di Kota Batam.
Dalam konteks ini seluruh kader Partai Demokrat Kota Batam setuju bahwa dalam rangka merajut keberagaman yang kompleks di Kota Batam harus membuat Monument of Harmony, monumen keindahan keberagaman yang menjadi basis atau modal besar bagi kita untuk membangun, mewujudkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu), menciptakan keharmonisan dan sekaligus mampu menyatukan ide-ide, pikiran dan semangat masyarakat Batam, dan anak bangsa dalam menyongsong Indonesia Emas 2024.
Momentum ini menjadi waktu yang sangat tepat, sekaligus refleksi atas keberagaman sosial, keagamaan, budaya, politik dan pembangunan, karena bertepatan dengan moment pasca Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yaitu Pemilihan Wali Kota dan Wakil Kota Batam 2024, Hari Natal 2024, dan tahun baru 2025 ini menjadi refleksi dan sekaligus rekonsiliasi bersama antar anak bangsa, dimana pasca-pilkada 2024 Kota Batam kita merayakan pesta demokrasi sebagai ungkapan kebebasan dalam memilih pemimpin masa depan, dimana perbedaan pilihan politik dan ideologi antar anak bangsa, antar suku, agama, etnis, “politik identitas” dan kelompok sosial ini semua menjadi titik balik kita untuk rekonsiliasi yaitu membangun kembali hubungan yang harmonis dan semangat solidaritas antara masyarakat, kelompok sosial, tokoh politik, tokoh agama, tokoh budaya, tokok adat dan kelompok yang mungkin telah terpecah atau mengalami perbedaan kepentingan, pilihan dan ketegangan akibat proses Pilkada Kota Batam 2024. Ini momentum kita untuk kembalik merajut nilai-nilai, dan perbedaan sebagai bagian dari pendewasaan berpolitik dan kematangan demokrasi yang terus tumbuh dan berkembang, seiring pembangunan sumber daya manusia, infrastruktur dan pemerataan ekonomi masyarakat.
Pasca Pilkada dan terpilihnya pasangan Amsakar Achmad dan Li Claudia Chandra sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Batam periode 2025-2029 bertumpuh harapan pasangan ini bisa merealisasikan Visi dan Misi, salah satu misinya; meningkatan kualitas hidup masyarakat menuju kehidupan yang sejahtera, merata dan berakeadilan, serta mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berdaya saing, berbudaya, produktif dan berakhlak mulia dan ini sejalan dengan pemikiran Partai Demokrat.
Kita berharap di 100 hari pasca pelantikan pasangan Amsakar Achmad dan Li Claudia Chandra bisa men-support spirit monument of harmony keberagaman masyarakat Batam yang digagas oleh Partai Demokrat Kota Batam menuju Indonesia Emas 2045 dengan merealisasikan Visi dan Misi, merangkul dan menjembatani semua perbedaan yang ada di Kota Batam; perbedaan suku, etnis, agama, ideologi, budaya, adat istiadat, kepentingan politik dan kesejahteraan.
Artinya peran Wali Kota Batam berada di atas semua perbedaan golongan baik secara sosial budaya keagamaan maupun secara kebijakan publik yang harus mengakomodir dan memastikan hak-hak warga Batam yang memiliki latar belakang yang sangat berbeda dan kompleks itu tidak ada diskriminasi dan pembedaan menyangkut hak-hak di ruang publik; misalnya pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, kebebasan menjalankan agama, dan keterlibatan semua pihak dalam konteks pembangunan, sekaligus memulihkan hubungan antar kelompok, mengedepankan kepentingan publik, melibatkan semua pihak dan menunjukkan bahwa Amsakar Achmad dan Li Claudia Chandra sebagai pemimpin menunjukkan integritas, transparansi, dan keadilan agar semua kelompok merasa dihormati dan dilibatkan dalam proses pemerintahan . Pasca pelantikan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Batam periode 2025-2029 nanti harus ada kegiatan turun ke masyarakat berjumpa, bersilaturrahmi dengan masyarakat, dan kelompok-kelompok sosial yang berbeda latar belakang sebagai apresiasi dan rekonsiliasi sosial budaya untuk memperkuat basis kehidupan bersama pasca Pilkada, dan menyambung nilai-nilai, dan hubungan yang sempat terputus di berbagai level kehidupan sosial karena hal ini basis terbesar dalam pembangun yang berkelanjutan.
Pada level kehidupan sosial, agama dan politik untuk memperkokoh semangat kebersamaan dalam merayakan keberagaman yang kompleks sebagai fondasi monument of harmony Partai Demokrat dan kita harus memperkuat semangat dan pemikiran moderasi sebagai sikap, pemikirian, dan upaya untuk menjaga keseimbangan, berada di antara semua perbedaan dalam menghadapi berbagai hal, tentu dalam konteks sosial, budaya, politik atau agama, moderasi mengacu pada cara pandang dan perilaku yang mengedepankan sikap toleransi, keharmonisan, serta menjauhi sikap politik identitas, kebencian, intoleran, fanatisme berlebihan, diskriminasi, eksklusivisme, ujaran kebencian, dan ekstremisme. Mempromosikan semangat moderasi ini sepertinya kelihatan mudah, namum membutuhkan keseriusan semua pihak seperti, pemerintahan Kota Batam, dunia pendidikan sekolah dan kampus, partai politik, termasuk Partai Demokrat, kelompok etnis, suku, agama; masjid, gereja, vihara, organisasi masyarakat, sampai karang taruna, Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) menjadi bagian penting untuk mempromosikan nilai-nilai dan sikap moderasi dalam masyarakat Kota Batam. Moderasi memiliki tujuan yang sangat luar biasa; menciptakan keharmonisan dalam masyarakat heterogen atau majemuk, menghindari terjadinya konflik dan perpecahan, berusaha mendorong keseimbangan kehidupan dan kepentingan pribadi, sosial dan kebijakan publik, dan serta menjaga persatuan dan kesatuan dalam keberagaman dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan yang sama.
Dalam konteks politik moderasi menjadi pemikiran, gagasan atau pendekatan politik yang menghindari polarisasi, politik identitas, politik primordialisme atau ekstremisme politik yang bisa mencerabut nilai-nilai budaya keberagaman atau multikulturalisme dalam sistem demokrasi dan keharmonisan dalam masyarakat Kota Batam khususnya kompleks akan perbedaan, dan Indonesia pada umumnya, dengan lebih menekankan pada dialog, menurut penulis sharing of thinking untuk menemukan kesamaan dan perbedaan pemikiran untuk menemukan tujuan yang sama, kompromi, dan kerja sama antar partai atau golongan, dan sekaligus menjadi kekuatan check and balance untuk saling mengingatkan menuju good governance pemerintahan yang baik dan bersih.
Dalam kontek agama, moderasi agama sangat penting untuk mengembangkan sikap beragama yang toleran dan menghindari sikap dan pikiran ekstremisme dan fanatisme, baik dalam bentuk kekerasan, pemaksaan kehendak atau pun memberikan penilaian buruk pada agama lain apalagi pada konteks masyarakat Kota Batam yang heterogenitas agama cukup kompleks, membangun hubungan antar pemeluk agama sudah menjadi kewajiban bersama kita sebagai warga Batam.
Moderasi beragama sesungguhnya mengedepankan dan mengutamakan pemahaman agama yang penuh cinta kasih, kedamaian, toleran, dan sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan sehingga perlu ada upaya internalisasi nilai-nilai dan kultur beragama yang penuh cinta, seperti dalam Islam ada konsep “Islam Rahmatan lil ‘Alamin” yaitu Islam yang menghadirkan kedamaian dan kasih sayang di tengah kehidupan masyarakat Batam, dan mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam semesta, sehingga fondasi nilai agama bisa menjadi inspirasi bagi terbentuknya monument of harmony dalam keberagaman sosial, agama, dan politik. Terakhir moderasi sosial, sebagai basis kehidupan nyata kita dalam beragama, bernegara, dan hidup dalam keregaman.
Moderasi dalam konteks ini adalah sikap dalam masyarakat yang mengedepankan kebersamaan dan persatuan di tengah perbedaan dan heterogenitas yang kompleks, baik itu dalam budaya, suku, etnis, ras, adat istiadat, latar belakang sosial ekonomi maupun ideologi, sehingga kita berharap pada pemerintahan yang baru Amsakar Achmad dan Li Claudia Chandra, bisa mewujudkan cita-cita bernegara yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, khususnya masyarakat Kota Batam.
Tidak ada ketimpangan sosial, kelas-kelas sosial baik di ruang publik, kebijakan publik yang memihak masyarakat, akses ke pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan pokok bisa didapat oleh setiap lapisan masyarakat Kota Batam, sehingga SDM, pembangunan kota, kesejahteraan dan tumbuhnya demokrasi yang sehat secara berkesinambungan bisa kita capai sebagai proses menuju Indonesia Emas 2024.