TANJUNGPINANG, Batamtv.com – Pemuda Kepulauan Riau wajib mengetahui betapa pentingnya mengenal dan menjaga kelestarian peninggalan nenek moyang yang kini menjadi monumen bersejarah serta bagian dari kebiasaan bermasyarakat.
Kepulauan Riau sebagai negeri bunda tanah Melayu adalah Provinsi yang kaya dan budaya Melayu sudah mengakar pada Masyarakatnya. Namun, di tengah derasnya arus modernisasi, banyak pemuda mulai asing terhadap budaya kemelayuan yang menjadi ciri khas daerah ini.
Oleh karena itu, pembahasan ini bertujuan untuk mengenali kembali ciri khas budaya Melayu yang masih kental di Kepri agar tetap lestari di tengah era modern. Beberapa hal yang perlu diketahui oleh pemuda Indonesia tentang budaya Melayu di Kepri meliputi:
1. Bahasa
Bahasa Melayu adalah salah satu ciri khas budaya di Kepri. Bahasa Melayu yang sangat kental di daerah ini menjadi identitas pembeda dari provinsi lainnya di Indonesia. Selain itu, Bahasa Melayu merupakan asal-usul terbentuknya Bahasa Indonesia yang kini digunakan secara resmi di seluruh negeri. Menjaga dan melestarikan Bahasa Melayu di Kepri berarti ikut menjaga akar dari Bahasa Indonesia.
2. Baju Adat
Baju adat Kepri, yang dikenal dengan nama “baju kurung cekak musang”, memiliki desain unik yang membedakannya dari pakaian adat daerah lain. Pakaian ini biasanya dikenakan dalam acara besar, seperti adat istiadat, perayaan Islam, hari raya, atau pernikahan adat Melayu. Baju adat ini dilengkapi dengan aksesori khas, seperti keris, songket, dan tanjak untuk pria, serta siger dan tudung manto untuk wanita. Keunikan ini mencerminkan kekayaan budaya Melayu di Kepri.
3. Makanan Tradisional
Makanan tradisional khas Melayu Kepri memiliki cita rasa unik yang tetap diminati di tengah menjamurnya makanan modern. Salah satu makanan khas adalah kepurun, yang berbahan dasar sagu dan disajikan dengan kuah pedas asam gurih serta ikan bilis atau tamban. Selain itu, ada gubal, makanan berbahan dasar sagu yang diolah dengan cara diongseng tanpa minyak hingga mengumpal, lalu disajikan dengan gulai ikan asam pedas. Kuliner tradisional ini menjadi warisan yang harus terus dijaga.
4. Wisata Warisan
Kepri memiliki berbagai bangunan dan situs bersejarah yang mencerminkan budaya Melayu. Contohnya, Istana Damnah dan Makam Merah di Daik Lingga, yang merupakan monumen bersejarah dengan nilai spiritual tinggi. Selain itu, makam para raja di Pulau Penyengat juga menjadi destinasi wisata yang memperlihatkan keindahan budaya Melayu. Sebagai pemuda Indonesia, penting untuk mengenal dan menjaga situs-situs ini agar tetap lestari dan menarik bagi generasi mendatang.
5. Adat Istiadat
Kepri memiliki adat istiadat yang menjadi identitas budaya Melayu. Sayangnya, pengaruh modernisasi menyebabkan adat istiadat ini semakin jarang dilakukan. Adat seperti memakan sirih, mandi Shafar, malam tujuh likur, dan tepuk tepung tawar (dalam pernikahan adat Melayu) masih dijumpai di Kepri dan perlu terus dilestarikan. Adat istiadat ini mencerminkan kekayaan budaya yang penuh makna dan nilai spiritual.
Solusi dan Saran
Dari pembahasan di atas, diharapkan para pemuda-pemudi lokal Kepulauan Riau dapat lebih sadar akan pentingnya melestarikan budaya, termasuk budaya Melayu di Kepulauan Riau. Jika bukan pemuda yang bergerak untuk melestarikan budaya, siapa lagi?
Para pemuda harus mengambil peran aktif agar budaya Melayu tetap hidup di tengah gempuran modernisasi, sehingga budaya ini dapat diwariskan kepada generasi berikutnya.
Indonesia kaya akan budaya, dan pemuda milenial memiliki tanggung jawab untuk terus melestarikan warisan tersebut. Salah satu budaya yang harus dijaga adalah budaya Melayu Kepulauan Riau, yang meliputi bahasa, baju adat, makanan tradisional, wisata warisan, dan adat istiadat. Jangan sampai era modern yang penuh teknologi membuat kita melupakan nilai-nilai budaya yang memiliki makna spiritual mendalam.
Melayu harus tetap hidup dalam hati, meski kita terus maju dengan teknologi. Jangan biarkan budaya Melayu hilang dari muka bumi.
Salam Pemuda Pemudi Indonesia!!
Penanggungjawab : Oktarian
Editor : Oktarian
Penulis : Fatwa Nurul Wahidah, Mahasiswi Ilmu Al Qur’an dan tafsir, STAIN Sultan Abdulrahman Kepri